Shugo Chara - Amu Hinamori ANISA LASTRI: DEXTROMETHORPHAN Shugo Chara - Amu Hinamori
animasi-bergerak-selamat-datang-0033 animasi-bergerak-kucing-0072

Jumat, 06 Oktober 2017

DEXTROMETHORPHAN



TUGAS KIMIA MEDISINAL
DEXTROMETHORPHAN
A.       DEKSTROMETORFAN
 Dekstrometorfan (DMP) adalah zat aktif dalam bentuk serbuk berwarna putih, yang berkhasiat sebagai antitusif atau penekan batuk. Zat aktif ini selain banyak digunakan pada obat batuk tunggal juga digunakan pada obat flu kombinasi dengan zat aktif lain seperti fenilefrin, paracetamol, dan klorfeniramin maleat. Obat yang mengandung dekstrometorfan tersedia di pasar dalam berbagai bentuk sediaan seperti sirup, tablet, spray, dan lozenges.

Ada beberapa alasan mengapa dekstrometorfan banyak disalahgunakan, diantaranya adalah :
1)       Desktrometorfan mudah didapat.
Dekstrometorfan merupakan yang dapat diperoleh secara bebas baik di apotek maupun di warung-warung. Dekstrometorfan yang disalahgunakan umumnya dalam bentuk sediaan tablet, karena dalam bentuk tablet dapat diperoleh dosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan bentuk sediaan lain seperti sirup.
2)       Harga dekstrometorfan relatif murah.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 092/Menkes/ SK/II/2012 tentang Harga Eceran Tertinggi Obat Generik Tahun 2012, harga eceran tertinggi Desktrometorfan HBr tablet 15 mg dengan kemasan kotak isi 10 x 10 tablet adalah Rp. 14.850,- . Dekstrometorfan HBr tablet 15 mg dengan kemasan botol isi 1000 tablet, harga eceran tertingginya adalah Rp. 53.406,-. Jadi rata-rata harga eceran tertinggi untuk 1 tablet Dekstrometorfan HBr adalah Rp. 50,- hingga Rp. 150,-. Persepsi masyarakat bahwa obat bebas itu aman, karena dekstrometorfan dapat dibeli secara bebas sebagai obat batuk, sehingga banyak orang beranggapan bahwa penyalahgunaan dekstrometorfan relatif lebih aman dibandingkan dengan obat golongan narkotika atau psikotropika yang regulasinya lebih ketat.   

       Anggapan masyarakat bahwa Dekstrometorfan aman karena saat ini di Indonesia statusnya sebagai Obat Bebas, perlu dipikirkan kembali, karena legal status Dekstrometorfan sebenarnya tidak selalu demikian. Bila kita lihat sejarahnya, status penggolongan Dekstrometorfan pada Surat Keputusan Direktorat Jenderal Kefarmasian No. 2669/Dir.Jend/SK/68 tahun 1968, Dekstrometorfan HBr digolongkan sebagai obat keras. 

        Kemudian pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 9548/A/SK/71 tahun 1971 disebutkan bahwa sediaan-sediaan yang mengandung dekstrometorfan HBr tidak lebih dari 16 mg tiap takaran digolongkan sebagai Obat Bebas Terbatas. Lalu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2500/Menkes/ SK/XII/2011 tentang Daftar Obat Esensial Nasional 2011 menyebutkan bahwa dekstrometorfan tablet 15mg dan sirup 10 mg/5 ml merupakan obat yang termasuk dalam DOEN 2011. Dapat disimpulkan bahwa walaupun Dekstrometorfan banyak dijual di berbagai tempat, namun dosis penggunaannya memang telah dibatasi dan tidak tepat jika digunakan melebihi dosis yang dianjurkan, dan mengingat statusnya pernah sebagai Obat Keras, maka tetap perlu kehati-hatian dan tidak serta merta menganggapnya aman. Di negara lain legal status Dekstrometorfan juga bervariasi, ada yang menggolongkannya sebagai produk Over the Counter (OTC) atau Obat Bebas, seperti Kanada, ada juga yang memasukkan sebagai obat yang hanya diperoleh dengan resep (Presciption Only Medicines) atau Obat Keras, ada juga yang menggolongkan sebagai obat yang Pharmacy Medicines (hanya dapat dibeli di apotik dengan penjelasan/informasi dari apoteker) atau Obat Bebas Terbatas. Di Singapura misalnya, Dekstrometorfan hanya bisa didapatkan dengan resep dokter.



B.       TOKSIKOLOGI DMP
DMP menimbulkan beberapa tingkat toksisitas, hal ini tergantung dari dosis ataupun komponenen dari obat tersebut. Sebagian besar obat, termasuk dekstrometorfan, masuk melalui saluran cerna. Hepar terletak di antara permukaan absortif dari saluran cerna dan organ target obat dimana hepar berperan sentral dalam metabolisme obat. Hepatotoksisitas imbas obat merupakan komplikasi potensial yang hampir selalu ada pada setiap obat yang diberikan, karena hepar merupakan pusat disposisi metabolik dari semua obat dan bahan-bahan asing yang masuk tubuh, termasuk dekstrometorfan. Penggunaan dekstrometorfan pada dosis tinggi menyebabkan tertimbunnya dekstrorfan dalam hepar sehingga berpotensi menimbulkan cedera sel hepar. Cedera sel hepar ini berupa degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik, dan nekrosis.

C.       MEKANISME TOKSISITAS
Afinitas ikatan dari channel ion reseptor NMDPA terhadap dekstrometorfan adalah 3500 nm dibandingkan dengan dekstorfan 222 nm dan penicyclidin 42 nm. Pembukaan channel reseptor NMDPA tergantung dari Mg dan permeabilitas Ca. Teraktivasinya reseptor NMDPA maka akan mengaktivasi Ca calmodulin yang akan mengaktivasi sintesis Nitrit Oxyde. Bentuk metabolit aktif dari DMP adalah dekstorfan dimana akan mengeksitasi transmisi neural dan rangsangan disosiasi.

D.       EFEK SAMPING PADA MANUSIA
Dilaporkan efek samping dekstrometorfan kurang dari 1% mengalami beberapa efek berupa mengantuk, pusing, koma, depresi susunan pusat, mual, gangguan pencernaan, konstipasi, rasa tidak nyaman di perut, takikardi, rasa panas, tidak bisa berkonsentrasi, mulu dan tenggorokan kering.

E.       MEKANISME PENYALAHGUNAAN DEKSTROMETORFAN
Dekstrometorfan adalah dekstroisomer dari kodein analog metorfan. Dekstrometorfan tidak bekerja pada reseptor opioid tipe mu dan delta seperti jenis levoisomer, tetapi bekerja pada reseptor tipe sigma. Dekstrometorfan memiliki efek halusinogen. Zat yang memiliki peran dalam mengakibatkan efek halusinogen ini adalah metabolit aktif dari dekstrometorfan yaitu dekstrorfan (3-hydroxy-17-methylmorphinan). Dekstrorfan dapat terikat dengan afinitas lemah dengan reseptor opioid tipe sigma dan terikat dengan afinitas kuat dengan reseptor NMDA (N-methyl- D-aspartate). Dextrometorfan bekerja sebagai antagonis reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA) yang akan memproduksi efek yang sama dengan efek dari ketamin maupun fenisiklidin (PCP). Hal inilah yang menyebabkan orang menggunakan dekstrometorfan untuk mendapatkan efek yang mirip dengan penggunaan ketamin. Ketamin sendiri adalah obat yang digunakan sebagai anestetik umum.

Akumulasi dekstrometorfan dapat mengakibatkan efek psikotropik. Efek yang muncul dibagi dalam 4 tingkatan:
1)      Dosis 100 – 200mg, timbul efek stimulasi ringan
2)       Dosis 200 – 400mg, timbul efek euforia dan halusinasi
3)      Dosis 300 – 600mg, timbul efek perubahan pada penglihatan dankehilangan koordinasi motorik
4)       Dosis 500 – 1500mg, timbul efek sedasi disosiatif

F.       EFEK PENYALAHGUNAAN DEKSTROMETORFAN
Dosis lazim dekstrometorfan hidrobromida untuk dewasa dan anak diatas 12 tahun adalah 10mg - 20mg tiap 4 jam atau 30mg tiap 6 - 8 jam, dan tidak lebih dari 120mg dalam satu hari. Pada penggunaan dengan dosis lazim efek samping yang pernah muncul seperti mengantuk, pusing, nausea, gangguan pencernaan, kesulitan dalam berkonsentrasi dan rasa kering pada mulut dan tenggorok. Pada kasus penyalahgunaan, dosis yang digunakan biasanya jauh lebih besar daripada dosis lazim.

Pada dosis 5-10 kali lebih besar dari dosis yang lazim, efek samping yang timbul menyerupai efek samping yang diamati pada penggunaan ketamin atau PCP, dan efek ini meliputi: kebingungan, keadaan seperti mimpi, rasa kehilangan identitas pribadi, gangguan bicara dan pergerakan, disorientasi, keadaan pingsan, mengantuk diperlambat. Sebaliknya minuman yang mengandung gas mempercepat pengosongan lambung, karena sebagian komposisi minuman bersoda yang terdiri atas asam sitrat, natrium sitrat, perisa lemon lime dan pengawet natrium benzoat yang dapat mempercepat peningkatan asam di lambung.

Pemberian bersama dekstrometorfan dengan obat dari golongan inhibitor Monoamin Oksidase (MAOI) seperti moklobemid dan isoniazid, dapat menyebabkan sindrom serotonin, yaitu keadaan dimana terjadi perubahan status mental, hiperaktifitas saraf otonom dan abnormalitas saraf otot (neuromuscular). Meskipun demikian, keadaan ini tidak selalu muncul pada orang yang mengkonsumsi kedua obat tersebut.

Jika obat batuk dan obat flu yang mengandung dekstrometorfan dikonsumsi dengan jumlah 5- 10 kali dosis lazimnya maka dapat terjadi peningkatan toksisitas bahan tambahan dan atau bahan aktif kombinasi lainnya. Kombinasi dekstrometorfan dengan guaifenesin dosis tinggi dapat menyebabkan mual yang hebat dan muntah. Sedangkan kombinasi dengan klorfeniramin dapat menyebabkan rasa terbakar pada kulit, midriasis, takikardia, delirium, gangguan pernafasan, syncope dan kejang. Penyalahgunaan dalam bentuk sirup, memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk menimbulkan gangguan pada saluran pencernaan karena larutan tersebut mengandung etanol sebagai pelarutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Changat, A., E. Wiradarma, E.T. Kencana, R. Angraini, P. Riati, S. Arifah dan D. Kurniawan. 2015. Intoksikasi Minuman Keras Oplosan Dicampur Dengan Dekstrometorfan. Referat. Semarang: Kepaniteraan Klinik Ilmu Forensik Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang.
Bagaimana mekanisme intoksikasi dektrometorphan?
Apakah dektrometorfan bisa disalahgunakan menjadi obat2an yang mempunyai efek sedatif, jika bisa bagaimana itu bisa terjadi?
Bagaimana dosis dektrometorfan bagi anak2?




6 komentar :

  1. kak anisa
    bagaimana penanganan pertolongan pertama jika sudah terjadi overdosis pada obat DEXTROMETHORPHAN ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau sudah overdosis bisa segera di tangani oleh dokter untuk diagnosa lebi lanjut

      Hapus
  2. Saya akan membantu jawaban No 3 ka Nis
    Jawaban No 3Dosis tablet untuk Anak 1 mg/kg bb/hari dalam 3-4 dosis terbagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya ingin menambahkan
      Dosis untuk anak-anak berusia kurang dari 4 tahun belum dipastikan.
      1-3 bulan: 0,5-1 mg setiap 6-8 jam. 4-6 bulan: 1-2 mg setiap 6-8 jam.
      7 bulan-1 tahun: 2-4 mg setiap 6-8 jam.
      2-6 tahun: Cairan, permen, tablet, sirup: 2,5-7,5 mg oral setiap 4-8 jam. 5 mg/5 ml cairan oral: 5 ml oral setiap 4 jam. Tidak lebih dari 4 dosis dalam 24 jam. Lanjut-lepas: 15 mg/oral setiap 12 jam. Dosis Maksimal: 30 mg/hari.
      7-12 tahun: Kepingan yang dapat hancur: larutkan 2 keping di atas lidah setiap 6-8 jam. Cairan, permen, tablet, sirup: 5-10 mg oral setiap 4 jam atau 15 mg setiap 6-8 jam. 5 mg/5 ml cairan oral: 10 ml oral setiap 4 jam. TIdak lebih dari 4 dosis dalam 24 jam. Lanjut-lepas: 30 mg/oral setiap 12 jam. Dosis Maksimal: 60 mg/hari.
      12 tahun ke atas: Cairan, permen, tablet, sirup: 10-30 mg oral setiap 4-8 jam. Lanjut-lepas: 60 mg/oral setiap 12 jam. Kepingan yang dapat hancur: 15-30 mg oral setiap 6-8 jam. Dosis Maksimal: 120 mg/hari.

      Hapus
  3. Sa, abang jawab no 1
    Dekstrometorfan adalah dekstroisomer dari kodein analog metorfan. Dekstrometorfan tidak bekerja pada reseptor opioid tipe mu dan delta seperti jenis levoisomer, tetapi bekerja pada reseptor tipe sigma. Dekstrometorfan memiliki efek halusinogen. Zat yang memiliki peran dalam mengakibatkan efek halusinogen ini adalah metabolit aktif dari dekstrometorfan yaitu dekstrorfan (3-hydroxy-17-methylmorphinan). Dekstrorfan dapat terikat dengan afinitas lemah dengan reseptor opioid tipe sigma dan terikat dengan afinitas kuat dengan reseptor NMDA (N-methyl- D-aspartate). Dextrometorfan bekerja sebagai antagonis reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA) yang akan memproduksi efek yang sama dengan efek dari ketamin maupun fenisiklidin (PCP). Hal inilah yang menyebabkan orang menggunakan dekstrometorfan untuk mendapatkan efek yang mirip dengan penggunaan ketamin. Ketamin sendiri adalah obat yang digunakan sebagai anestetik umum.

    BalasHapus
  4. No 3 ca,
    DMP tersedia dalam bentuk tablet dan sirup. Efek antitusif 15 – 30 mg DMP setara dengan 8 – 15 mg kodein. Efek DMP timbul 15 – 30 menit setelah dikonsumsi dan bertahan selama 3 – 6 jam.
    Dosis anak 4 – 6 tahun: 2,5– 5 mg sebanyak 3 – 6 kali per hari, maksimal 30 mg/hari.
    Dosis anak 6 – 12 tahun: 5 – 10 mg sebanyak 6 kali per hari atau 15 mg sebanyak 3 – 4 kali per hari.

    BalasHapus